Sabtu, 21 Maret 2015

RESUME KELOMPOK 3 - KOMPONEN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING



Program pelayanan bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu: pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem.
A.      Pelayanan Dasar Bimbingan
1.      Pengertian
Pelayanan dasar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada seluruh siswa melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya
2.      Tujuan
Tujuan dari pelayanan dasar adalah untuk membantu siswa agar: (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
3.      Fokus Pengembangan
Agar tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai, maka fokus perilaku yang dikembangkan mencakup aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
4.      Strategi Implementasi Program Pelayanan Dasar
a.    Bimbingan Klasikal
Program ini menuntut guru untuk melakukan kontak langsung dengan siswa di kelas secara terjadwal. Kegiatan bimbingan dapat berupa diskusi kelas maupun brain stroming (curah pendapat).
b.    Pelayanan Orientasi
Program ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa untuk memahamani dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan seolah, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru. Program ini biasanya dilaksanakan di awal tahun pelajaran baru dengan materi mencakup organisasi sekolah, staf dan guru, kurikulum, program bimbingan dan konseling, program ekstrakurikuler, sarana dan prasarana, serta tata tertib sekolah.
c.    Layanan orientasi di sekolah
Menurut Allan & McKean (1984) tanpa program-program orientasi, periode penyesuaian untuk sebagian besar siswa berlangsung kira-kira tiga atau empat bulan. Dalam kaitan itu, penelitian Allan dan McKean menunjukkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
1)        Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi; dan juga memberikan kemudahan utuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
2)        Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil di sekolah.
3)        Anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuikan diri daripada anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang lebih tinggi.
Untuk lingkungan sekolah, materi orientasi yang mendapat penekanan adalah: 1) Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umunya; 2) Kurikulum yang ada; 3) Penyelenggaraan pengajaran; 4) Kegiatan belajar siswa yang diharapkan; 5) Sistem penilaian, ujian, dan kenaikan kelas; 6) Fasilitas dan sumber belajar yang ada seperti: ruang kelas, lab, perpustakaan, ruang praktek, dll; 7) Staf pengajar dan tata usaha; 8) Hak dan kewajiban siswa; 9) Organisasi siswa; 10) Organisasi orang tua siswa; 11) Organisasi sekolah secara menyeluruh.
Metode layanan orientasi di sekolahdapat berupa:
1)   Kunjungan ke SD pemasok
Petugas dari SMP mengunjungi SD yang para lulusannya akan memasuki SMP tersebut. Di sana, para petugas itu menjelaskan berbagai hal tentang SMP itu kepada murid-murid SD kelas tinggi yang diharapkan akan memasuki SMP yang dimaksudkan.
2)   Kunjungan ke SMP pemesan
Murid-murid SD kelas tinggi mengunjungi SMP yang akan mereka masuki. Di sana mereka melihat lingkungan dan kelengkapan sekolah, menerima penjelasan lengkap dengan gambar, film, poster, dan tanya jawab.
3)   Malam pertemuan dengan orang tua
Orang tua murid baru diundang menghadiri suatu pertemuan untuk beramah-tamah staf sekolah dan menerima penjelasan tentang hal tentang sekolah tempat anak-anak mereka belajar.
4)   Staf guru BK bertemu guru lain membicarakan siswa baru
Guru BK membicarakan materi orientasi dan cara-cara penyampaiannya kepada siswa dengan guru-guru lainnya dan juga kepala sekolah.
5)   Mengunjungi kelas
Guru BK berkeliling mengunjungi kelas-kelas murid baru. Guru BK menjelaskan dengan berbagai alat bantu dan prosedur tanya jawab tentang berbagai materi tersebut di atas.
6)   Memanfaatkan siswa yang lebih tinggi tingkatan kelasnya
Setiap siswa baru diberi kawan pendamping siswa yang kelasnya lebih tinggi untuk memberikan penjelasan dan membantu siswa baru itu dalam segala hal yang berkenaan dengan keadaan sekolah dan bagaimana berlaku sebagai siswa yang baik di sekolah itu.
d.   Layanan orientasi di luar sekolah
Sama hal nya dengan siswa baru yang memasuki lingkungan sekolah baru, individuindividu lainnya yang memasuki lingkungan baruy juga membutuhkan orientasi. Cara penyajian orientasi di luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi yang diperlukan dan siapa yang memerlukanya.
e.    Pelayanan Informasi
Pelayanan informasi merupakan pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung.
f.     Bimbingan Kelompok
Guru BK memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5 s.d 10 orang yang ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum dan tidak rahasia, seperti: cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stres.
g.    Pelayanan Pengumpulan Data
Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.

B.       Pelayanan Responsif
1.         Pengertian
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Bantuan yang diberikan dalam pelayanan responsif dapat berupa konseling individual, konseling krisis, konsultasi dengan orangtua, guru dan alih tangan kepada ahli lain.
2.         Tujuan
Tujuan pelayanan ini adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
3.         Fokus Pengembangan
Fokus pelayanan responsif bergantung pada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah siswa pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala yang ditampilkannya, diantaranya: merasa cemas tentang masa depan, merasa rendah diri, berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkannya secara matang), membolos dari sekolah, malas belajar, dan sebagainya. Untuk memahami kebutuhan dan masalah siswa dapat ditempuh dengan cara asesmen dan analisis perkembangan siswa dengan menggunakan berbagai teknik, misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket siswa, wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes, dan daftar masalah siswa atau alat ungkap masalah (AUM).
4.         Strategi Implementasi Program Pelayanan Responsif
a.         Konseling individual dan kelompok
Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesuliatan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
b.        Referal (rujukan atau alih tangan)
Referal biasanya dilakukan apabila guru BK merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah siswa sehingga harus mengalihtangankan masalah tersebut kepada pihak yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisisan.
c.         Kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas
Kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas ini dilakukan dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa, membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran.
d.        Kolaborasi dengan orang tua
Kerjasama antara guru BK dengan orang tua ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian dan tukar pikiran antar guru BK dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa.
e.         Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah
Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan.
f.         Konsultasi
Guru BK menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal dan meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
g.        Bimbingan teman sebaya
Bimbingan teman sebaya adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik dan sebelumnya siswa yang menjadi pembimbing diberikan pembinaan oleh guru BK.
h.        Konferensi kasus
Konferensi kasus Konferensi kasus yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan siswa dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa itu. Pertemuan konferensi kasus ini bersifat terbatas dan tertutup
i.          Kunjungan rumah
Kunjungan rumah yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang siswa tertentu yang sedang ditangani dalam upaya mengentaskan masalahnya melalui kunjungan ke rumahnya.

C.      Pelayanan Perencanaan Individual
1.      Pengertian
Pelayanan perencanaan individual adalah layanan bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Isi dari layanan ini meliputi bidang pendidikan, bidang karir, dan bidang sosial pribadi. Menurut Gysbers (2006), strategi dalam layanan perencanaan individual, meliputi:
a.         Individual appraisal, siswa diminta oleh guru BK untuk menginterpretasi tentang bakat, minat, keterampilan, dan prestasi yang ada dalam dirinya sendiri.
b.        Individual advisement, guru BK meminta siswa yang bersangkutan untuk mempertimbangkan tentang pendidikan, karir, sosial dan pribadi. Kemudian bagaimana siswa tersebut untuk merealisasikan.
c.         Transition planning, guru BK bekerjasama dengan pihak guru yang lain membantu siswa untuk membuat rencana apakah akan melanjutkan sekolah, bekerja, atau mengikuti training/kursus.
d.        Follow up, guru BK bekerjasama dengan pihak guru yang lain menindaklanjuti dari data yang diperoleh untuk kemudian dievaluasi.
2.      Tujuan
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu siswa agar: (1) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
3.      Fokus Pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek: (1) akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar
sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif. 
4.      Strategi Implementasi Program Pelayanan Perencanaan Individual
Guru BK membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh. Siswa menggunakan informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk: (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya, (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.

D.      Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya teknologi informasi dan komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional guru BK secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek: (1) pengembangan jejaring (networking), (2) kegiatan manajemen, serta (3) riset dan pengembangan.
1.      Pengembangan jejaring (networking)
Pengembangan jejaring yang menyangkut kegiatan guru BK meliputi:
a.         Konsultasi dengan guru-guru,
b.        Menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat,
c.         Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah,
d.        Bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa,
e.         Melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling, dan
f.         Melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
2.      Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan: (a) pengembangan program, (b) pengembangan staf, (c) pemanfaatan sumber daya, dan (d) pengembangan penataan kebijakan.
3.      Riset dan pengembangan
Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktivitas guru BK yang berhubungan dengan pengembangan profesional secara berkelanjutan meliputi:
a.         Merancang, melaksanakan dan memanfaatkan penelitian dalam bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling sebagai sumber data bagi kepentingan kebijakan sekolah dan implementasi proses pembelajaran, serta pengembangan program bagi peningkatan unjuk kerja profesional guru BK;
b.        Merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pengembangan diri guru BK profesional sesuai dengan standar kompetensi guru BK;
c.         Mengembangkan kesadaran komitmen terhadap etika profesional;
d.        Berperan aktif di dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.

E.       Penempatan dan Penyaluran Layanan Bimbingan dan Konseling
Menurut Purwoko (2008: 59) layanan penempatan dan penyaluran adalah serangkaian kegiatan bantuan yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat menempatkan dan menyalurkan segala potensinya pada kondisi yang sesuai.
1.         Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah
Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah dapat berupa (a) penempatan siswa di dalam kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok-kelompok belajar, (c) ke dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler, dan (d) ke dalam jurusan/program studi yang sesuai.
2.         Penempatan dan penyaluran lulusan
Pada setiap akhir tahun ajaran ratusan ribu atau bahkan jutaan anak muda menamatkan studi dari jenjang pendidikan tertentu. Pada umumnya mereka mendambakan untuk dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Atau bagi yang memang tidak bermaksud untuk melanjutkan pendidikan, mereka mendambakan untuk dapat diterima pada lapangan kerja yang sesuai.
3.         Penempatan dan penyaluran ke dalam pendidikan lanjutan
Penempatan dan penyaluran siswa pada pendidikan lanjutan tidak dapat dilakukan secara acak, tetapi memerlukan perencanaan yang matang sebelum siswa tamat dari bangku sekolah yang sedang didudukinya. Karena hal ini, baik langsung maupun tidak langsung, juga akan menyangkut citra sekolah secara keseluruhan, maka sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menyelenggarakan pelayanan penempatan dan penyaluran para siswanya setelah mereka tamat nantinya.
4.         Penempatan dan penyaluran ke dalam jabatan/pekerjaan
Di samping penempatan dalam pendidikan, sekolah juga membantu para siswanya yang akan memasuki dunia kerja. Walaupun di keliling siswa tersedia berbagai lapangan kerja, tetapi tidak semua lapangan kerja itu dapat dengan mudah atau cocok untuk dimasuki. Sebagaimana halnya dengan dunia pendidikan, maka masing-masing bidang pekerjaan itu memiliki sifat dan ciri-ciri tersendiri.
F.       Evaluasi dan Akuntabilitas
1.         Pengertian Evaluasi BK
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Evaluation. Dalam buku "Essentials of Educational Evaluation", Edwind Wand dan Gerald W. Brown, mengatakan bahwa : "Evaluation rafer to the act or prosses to determining the value of something". Jadi menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu. Evaluasi terhadap kegiatan bimbingan dan konseling, mengandung tiga aspek penilaian, yaitu:
a.    Penilaian terhadap program bimbingan dan konseling.
b.    Penilaian terhadap proses pelaksanaan bimbingan dan konseling.
c.    Penilaian terhadap hasil (Product) dari pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
2.         Tujuan Evaluasi BK
a.    Tujuan Umum
Secara umum, penyelenggaraan evaluasi bimbingan dan konseling bertujuan sebagai berikut:
1)      Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
2)      Mengetahui tingkat efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
3)      Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditujukan untuk:
a)        Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
b)        Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling.
c)        Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.
d)       Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
b.    Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan evaluasi bimbingan dan konseling adalah:
1)   Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apakah sudah ada atau belum diberikan kepada siswa di sekolah/madrasah.
2)   Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukkan kedalam program bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
3)   Untuk membantu kepala sekolah/madrasah, guru-guru termasuk pembimbing atau konselor dalam melakukan perbaikan tata kerja mereka dalam memahami dan memenuhi kebutuhan tiap-tiap siswa.
4)   Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.
5)   Untuk mendorong semua personil bimbingan agar bekerja leih giat dalam mengembangkan program-program bimbingan.
3.         Fungsi Evaluasi BK
a.    Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru BK untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.
b.    Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah.
4.         Aspek-aspek yang Dievaluasi
Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Aspek yang dinilai baik prosesnya maupun hasil antara lain:
a.    kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
b.    keterlaksanaan program;
c.    hambatan-hambatan yang dijumpai;
d.   dampak pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
e.    respon peserta didik, personel sekolah/madrasah, orang tua, dan masyarakat terhadap pelayanan bimbingan;
f.     perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan pelayanan bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan dan hasil belajar, dan keberhasilan peserta didik setelah menamatkan sekolah/madrasah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di masyarakat.
5.         Langkah-langkah evaluasi
Pelaksanaan evaluasi program ditempuh melalui langkah-langkah berikut.
a.    Merumuskan masalah atau instrumentasi. Karena tujuan evaluasi adalah memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan instrumen yang terkait dengan hal-hal yang akan dievaluasi, pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang akan dievaluasi yaitu: (1) tingkat keterlaksanaan program/pelayanan (aspek proses), dan (2) tingkat ketercapaian tujuan program/pelayanan (aspek hasil).
b.    Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu menyusun instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut. Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
c.    Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.
d.   Melakukan tindak lanjut (follow up). Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan, yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (2) mengembangkan program, dengan cara mengubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.
6.         Akuntabilitas
Secara harfiah, konsep akuntabilitas atau accountability berasal dari dua kata, yaitu account (rekening, laporan atau catatan) dan ability (kemampuan). Akuntabilitas bisa diartikan sebagai kemampuan menunjukkan laporan atau catatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas pelayanan terwujud dalam kejelasan program, proses implementasi, dan hasil-hasil yang dicapai serta informasi yang dapat menjelaskan apa dan mengapa sesuatu proses dan hasil terjadi atau tidak terjadi. Hal yang amat penting di dalam akuntabilitas adalah informasi yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan/atau kegagalan siswa di dalam mencapai kompetensi. Oleh karena itu seorang konselor perlu menguasai data dan bertindak atas dasar data yang terkait dengan perkembangan siswa.
7.         Analisis hasil evaluasi program dan tindak lanjut
Hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan peserta didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam melaksanakan program, serta dampak program terhadap perubahan perilaku peserta didik dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.
Hasil analisis harus ditindaklanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan bimbingan dan konseling lebih optimal, melakukan referal bagi siswa yang memerlukan bantuan khusus dari ahli lain, serta mengembangkan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan bimbingan dan konseling selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Dipublikasikan oleh Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Diltz , Dilani M Perera&  Kimberly L Mason: 2010. "Exploration of
Accountability
Practices of School Counselor : A National Study":
Journal of Professional Counseling, Practice, Theory, & Research. Austin: 38 Spring .1st ed; pg. 52, 19 pgs.
Mulyadi, A. 2003. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Prayitno, Prof. Dr dan Drs. Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Purwoko, Budi. 2008. Organisasi dan Managemen Bimbingan Konseling. Surabaya: Unesa University Press.
Syamsu, Yusuf Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika Nurihsan. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar