Program pelayanan
bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu: pelayanan
dasar bimbingan, pelayanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan
sistem.
A.
Pelayanan
Dasar Bimbingan
1. Pengertian
Pelayanan dasar
adalah suatu proses pemberian bantuan kepada seluruh siswa melalui kegiatan
penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan
secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai
dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan
kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya
2. Tujuan
Tujuan dari
pelayanan dasar adalah untuk membantu siswa agar: (1) memiliki kesadaran
(pemahaman) tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu mengembangkan
keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah
laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu
menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan
dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
3. Fokus
Pengembangan
Agar tujuan-tujuan tersebut dapat
tercapai, maka fokus perilaku yang dikembangkan mencakup aspek-aspek pribadi,
sosial, belajar, dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu
siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
4. Strategi
Implementasi Program Pelayanan Dasar
a. Bimbingan
Klasikal
Program ini
menuntut guru untuk melakukan kontak langsung dengan siswa di kelas secara
terjadwal. Kegiatan bimbingan dapat berupa diskusi kelas maupun brain stroming (curah pendapat).
b. Pelayanan
Orientasi
Program ini
merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa untuk memahamani dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan seolah, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru. Program ini
biasanya dilaksanakan di awal tahun pelajaran baru dengan materi mencakup
organisasi sekolah, staf dan guru, kurikulum, program bimbingan dan konseling,
program ekstrakurikuler, sarana dan prasarana, serta tata tertib sekolah.
c. Layanan
orientasi di sekolah
Menurut Allan &
McKean (1984) tanpa program-program orientasi, periode penyesuaian untuk
sebagian besar siswa berlangsung kira-kira tiga atau empat bulan. Dalam kaitan
itu, penelitian Allan dan McKean menunjukkan beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian, yaitu:
1)
Program orientasi yang efektif mempercepat proses
adaptasi; dan juga memberikan kemudahan utuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah.
2)
Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian
ternyata kurang berhasil di sekolah.
3)
Anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang rendah
memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuikan diri daripada anak-anak dari
kelas sosio-ekonomi yang lebih tinggi.
Untuk lingkungan sekolah, materi
orientasi yang mendapat penekanan adalah: 1) Sistem penyelenggaraan pendidikan
pada umunya; 2) Kurikulum yang ada; 3) Penyelenggaraan pengajaran; 4) Kegiatan
belajar siswa yang diharapkan; 5) Sistem penilaian, ujian, dan kenaikan kelas;
6) Fasilitas dan sumber belajar yang ada seperti: ruang kelas, lab,
perpustakaan, ruang praktek, dll; 7) Staf pengajar dan tata usaha; 8) Hak dan
kewajiban siswa; 9) Organisasi siswa; 10) Organisasi orang tua siswa; 11) Organisasi
sekolah secara menyeluruh.
Metode layanan
orientasi di sekolahdapat berupa:
1) Kunjungan
ke SD pemasok
Petugas dari SMP mengunjungi SD yang
para lulusannya akan memasuki SMP tersebut. Di sana, para petugas itu
menjelaskan berbagai hal tentang SMP itu kepada murid-murid SD kelas tinggi
yang diharapkan akan memasuki SMP yang dimaksudkan.
2) Kunjungan
ke SMP pemesan
Murid-murid SD kelas tinggi
mengunjungi SMP yang akan mereka masuki. Di sana mereka melihat lingkungan dan
kelengkapan sekolah, menerima penjelasan lengkap dengan gambar, film, poster,
dan tanya jawab.
3) Malam
pertemuan dengan orang tua
Orang tua murid baru diundang
menghadiri suatu pertemuan untuk beramah-tamah staf sekolah dan menerima
penjelasan tentang hal tentang sekolah tempat anak-anak mereka belajar.
4) Staf
guru BK bertemu guru lain membicarakan siswa baru
Guru BK membicarakan
materi orientasi dan cara-cara penyampaiannya kepada siswa dengan
guru-guru lainnya dan juga kepala sekolah.
5) Mengunjungi
kelas
Guru BK berkeliling mengunjungi
kelas-kelas murid baru. Guru BK menjelaskan dengan berbagai alat bantu dan
prosedur tanya jawab tentang berbagai materi tersebut di atas.
6) Memanfaatkan
siswa yang lebih tinggi tingkatan kelasnya
Setiap siswa baru diberi kawan
pendamping siswa yang kelasnya lebih tinggi untuk memberikan penjelasan dan
membantu siswa baru itu dalam segala hal yang berkenaan dengan keadaan sekolah
dan bagaimana berlaku sebagai siswa yang baik di sekolah itu.
d. Layanan
orientasi di luar sekolah
Sama
hal nya dengan siswa baru yang memasuki lingkungan sekolah baru,
individuindividu lainnya yang memasuki lingkungan baruy juga membutuhkan
orientasi. Cara penyajian orientasi di luar sekolah sangat tergantung pada jenis
orientasi yang diperlukan dan siapa yang memerlukanya.
e.
Pelayanan Informasi
Pelayanan
informasi merupakan pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang
bermanfaat bagi siswa melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung.
f.
Bimbingan Kelompok
Guru BK
memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil
yang beranggotakan 5 s.d 10 orang yang ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat
para peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini,
adalah masalah yang bersifat umum dan tidak rahasia, seperti: cara-cara belajar
yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stres.
g.
Pelayanan Pengumpulan Data
Merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik,
dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan
berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
B.
Pelayanan
Responsif
1.
Pengertian
Pelayanan responsif merupakan
pemberian bantuan kepada siswa yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang
memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat
menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Bantuan
yang diberikan dalam pelayanan responsif dapat berupa konseling individual,
konseling krisis, konsultasi dengan orangtua, guru dan alih tangan kepada ahli
lain.
2.
Tujuan
Tujuan pelayanan ini adalah membantu
siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya
atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya.
3.
Fokus Pengembangan
Fokus pelayanan responsif bergantung
pada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah siswa pada umumnya tidak mudah
diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala yang
ditampilkannya, diantaranya: merasa cemas tentang masa depan, merasa rendah
diri, berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkannya
secara matang), membolos dari sekolah, malas belajar, dan sebagainya. Untuk
memahami kebutuhan dan masalah siswa dapat ditempuh dengan cara asesmen dan
analisis perkembangan siswa dengan menggunakan berbagai teknik, misalnya
inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket siswa, wawancara, observasi,
sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes, dan daftar masalah siswa atau
alat ungkap masalah (AUM).
4.
Strategi Implementasi Program Pelayanan Responsif
a.
Konseling individual dan kelompok
Pemberian
pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami
kesuliatan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
b.
Referal (rujukan atau alih tangan)
Referal biasanya
dilakukan apabila guru BK merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani
masalah siswa sehingga harus mengalihtangankan masalah tersebut kepada pihak
yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisisan.
c.
Kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas
Kolaborasi dengan
guru mata pelajaran atau wali kelas ini dilakukan dalam rangka memperoleh
informasi tentang siswa, membantu memecahkan masalah siswa, dan
mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata
pelajaran.
d.
Kolaborasi dengan orang tua
Kerjasama antara
guru BK dengan orang tua ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak
hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui
kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian
dan tukar pikiran antar guru BK dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi
siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa.
e.
Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah
Kolaborasi dengan
pihak-pihak terkait di luar sekolah ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk
menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan
peningkatan mutu pelayanan bimbingan.
f.
Konsultasi
Guru BK
menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah
yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan
bimbingan kepada siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi
perkembangan siswa, melakukan referal dan meningkatkan kualitas program
bimbingan dan konseling.
g.
Bimbingan teman sebaya
Bimbingan
teman sebaya adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang
lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang
membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik
maupun non-akademik dan sebelumnya siswa yang menjadi pembimbing diberikan
pembinaan oleh guru BK.
h.
Konferensi kasus
Konferensi kasus
Konferensi kasus yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan siswa dalam suatu
pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa itu. Pertemuan
konferensi kasus ini bersifat terbatas dan tertutup
i.
Kunjungan rumah
Kunjungan rumah
yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang siswa tertentu
yang sedang ditangani dalam upaya mengentaskan masalahnya melalui kunjungan ke
rumahnya.
C.
Pelayanan
Perencanaan Individual
1. Pengertian
Pelayanan perencanaan individual adalah
layanan bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang
berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan
dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya. Isi dari layanan ini meliputi bidang pendidikan,
bidang karir, dan bidang sosial pribadi. Menurut Gysbers (2006), strategi dalam
layanan perencanaan individual, meliputi:
a.
Individual appraisal, siswa diminta oleh guru BK untuk
menginterpretasi tentang bakat, minat, keterampilan, dan prestasi yang ada
dalam dirinya sendiri.
b.
Individual advisement, guru BK
meminta siswa yang bersangkutan untuk mempertimbangkan tentang pendidikan,
karir, sosial dan pribadi. Kemudian bagaimana siswa tersebut untuk
merealisasikan.
c.
Transition planning, guru BK bekerjasama dengan pihak
guru yang lain membantu siswa untuk membuat rencana apakah akan melanjutkan
sekolah, bekerja, atau mengikuti training/kursus.
d.
Follow up, guru BK bekerjasama dengan pihak
guru yang lain menindaklanjuti dari data yang diperoleh untuk kemudian
dievaluasi.
2. Tujuan
Perencanaan individual bertujuan
untuk membantu siswa agar: (1) memiliki pemahaman tentang diri dan
lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan
terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan,
dan rencana yang telah dirumuskannya.
3. Fokus
Pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan
individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan
sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup
pengembangan aspek: (1) akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar,
melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus
atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar
sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
4. Strategi
Implementasi Program Pelayanan Perencanaan Individual
Guru BK membantu peserta didik
menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi
yang diperoleh. Siswa menggunakan informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan
dan karir yang diperolehnya untuk: (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan
kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau
kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya, (2) melakukan kegiatan
yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi
kegiatan yang telah dilakukannya.
D.
Dukungan
Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen
pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya teknologi
informasi dan komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional guru BK
secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada
siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Dukungan sistem ini
meliputi aspek-aspek: (1) pengembangan jejaring (networking), (2)
kegiatan manajemen, serta (3) riset dan pengembangan.
1. Pengembangan
jejaring (networking)
Pengembangan jejaring yang menyangkut
kegiatan guru BK meliputi:
a.
Konsultasi dengan guru-guru,
b.
Menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua
atau masyarakat,
c.
Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
sekolah,
d.
Bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam
rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa,
e.
Melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang
berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling, dan
f.
Melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain
yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Kegiatan
Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan
berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program
bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan: (a) pengembangan program,
(b) pengembangan staf, (c) pemanfaatan sumber daya, dan (d) pengembangan
penataan kebijakan.
3. Riset
dan pengembangan
Kegiatan riset dan pengembangan
merupakan aktivitas guru BK yang berhubungan dengan pengembangan profesional
secara berkelanjutan meliputi:
a.
Merancang, melaksanakan dan memanfaatkan penelitian
dalam bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan
konseling sebagai sumber data bagi kepentingan kebijakan sekolah dan
implementasi proses pembelajaran, serta pengembangan program bagi peningkatan
unjuk kerja profesional guru BK;
b.
Merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas
pengembangan diri guru BK profesional sesuai dengan standar kompetensi guru BK;
c.
Mengembangkan kesadaran komitmen terhadap etika
profesional;
d.
Berperan aktif di dalam organisasi dan kegiatan
profesi bimbingan dan konseling.
E.
Penempatan
dan Penyaluran Layanan Bimbingan dan Konseling
Menurut Purwoko (2008: 59) layanan
penempatan dan penyaluran adalah serangkaian kegiatan bantuan yang diberikan
kepada siswa agar siswa dapat menempatkan dan menyalurkan segala potensinya
pada kondisi yang sesuai.
1.
Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah
Penempatan
dan penyaluran siswa di sekolah dapat berupa (a) penempatan siswa di dalam
kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok-kelompok belajar, (c) ke
dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler, dan (d) ke dalam jurusan/program studi yang
sesuai.
2.
Penempatan dan penyaluran lulusan
Pada setiap
akhir tahun ajaran ratusan ribu atau bahkan jutaan anak muda menamatkan studi
dari jenjang pendidikan tertentu. Pada umumnya mereka mendambakan untuk dapat
melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Atau bagi yang memang
tidak bermaksud untuk melanjutkan pendidikan, mereka mendambakan untuk dapat
diterima pada lapangan kerja yang sesuai.
3.
Penempatan dan penyaluran ke dalam pendidikan lanjutan
Penempatan
dan penyaluran siswa pada pendidikan lanjutan tidak dapat dilakukan secara
acak, tetapi memerlukan perencanaan yang matang sebelum siswa tamat dari bangku
sekolah yang sedang didudukinya. Karena hal ini, baik langsung maupun tidak
langsung, juga akan menyangkut citra sekolah secara keseluruhan, maka sekolah
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menyelenggarakan pelayanan penempatan
dan penyaluran para siswanya setelah mereka tamat nantinya.
4.
Penempatan dan penyaluran ke dalam jabatan/pekerjaan
Di samping
penempatan dalam pendidikan, sekolah juga membantu para siswanya yang akan
memasuki dunia kerja. Walaupun di keliling siswa tersedia berbagai lapangan
kerja, tetapi tidak semua lapangan kerja itu dapat dengan mudah atau cocok
untuk dimasuki. Sebagaimana halnya dengan dunia pendidikan, maka masing-masing
bidang pekerjaan itu memiliki sifat dan ciri-ciri tersendiri.
F.
Evaluasi
dan Akuntabilitas
1.
Pengertian Evaluasi BK
Istilah
evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Evaluation. Dalam buku
"Essentials of Educational Evaluation", Edwind Wand dan Gerald W.
Brown, mengatakan bahwa : "Evaluation rafer to the act or prosses to
determining the value of something". Jadi menurut Wand dan Brown,
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
pada sesuatu. Evaluasi terhadap kegiatan bimbingan dan konseling, mengandung
tiga aspek penilaian, yaitu:
a. Penilaian
terhadap program bimbingan dan konseling.
b. Penilaian
terhadap proses pelaksanaan bimbingan dan konseling.
c. Penilaian
terhadap hasil (Product) dari pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan
dan konseling.
2.
Tujuan Evaluasi BK
a. Tujuan
Umum
Secara umum,
penyelenggaraan evaluasi bimbingan dan konseling bertujuan sebagai berikut:
1)
Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling
atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
2)
Mengetahui tingkat efesiensi dan efektifitas strategi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun
waktu tertentu.
3)
Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditujukan untuk:
a)
Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan
dan konseling.
b)
Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari
layanan bimbingan dan konseling.
c)
Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum
dilaksanakan dan atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.
d) Mengetahui
sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang keberhasilan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
b. Tujuan
Khusus
Secara khusus
tujuan evaluasi bimbingan dan konseling adalah:
1)
Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan
konseling apakah sudah ada atau belum diberikan kepada siswa di
sekolah/madrasah.
2)
Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu
dimasukkan kedalam program bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
3)
Untuk membantu kepala sekolah/madrasah, guru-guru
termasuk pembimbing atau konselor dalam melakukan perbaikan tata kerja mereka
dalam memahami dan memenuhi kebutuhan tiap-tiap siswa.
4)
Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari
program bimbingan yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.
5)
Untuk mendorong semua personil bimbingan agar bekerja
leih giat dalam mengembangkan program-program bimbingan.
3.
Fungsi Evaluasi BK
a. Memberikan
umpan balik (feed back) kepada guru BK untuk memperbaiki atau
mengembangkan program bimbingan dan konseling.
b. Memberikan
informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan orang tua
siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian
tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi
meningkatkan kualitas implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah.
4.
Aspek-aspek yang Dievaluasi
Ada dua
macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian
proses dan penilaian hasil. Aspek yang dinilai baik prosesnya maupun hasil
antara lain:
a.
kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
b.
keterlaksanaan program;
c.
hambatan-hambatan yang dijumpai;
d.
dampak pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar
mengajar;
e.
respon peserta didik, personel sekolah/madrasah, orang
tua, dan masyarakat terhadap pelayanan bimbingan;
f.
perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari
pencapaian tujuan pelayanan bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan dan
hasil belajar, dan keberhasilan peserta didik setelah menamatkan
sekolah/madrasah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di
masyarakat.
5.
Langkah-langkah evaluasi
Pelaksanaan
evaluasi program ditempuh melalui langkah-langkah berikut.
a. Merumuskan
masalah atau instrumentasi. Karena tujuan evaluasi adalah memperoleh data yang
diperlukan untuk mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan
instrumen yang terkait dengan hal-hal yang akan dievaluasi, pada dasarnya
terkait dengan dua aspek pokok yang akan dievaluasi yaitu: (1) tingkat
keterlaksanaan program/pelayanan (aspek proses), dan (2) tingkat ketercapaian
tujuan program/pelayanan (aspek hasil).
b. Mengembangkan
atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk memperoleh data yang diperlukan,
yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor
perlu menyusun instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut. Instrumen
itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan
studi dokumentasi.
c. Mengumpulkan
dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu
menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum dilaksanakan, serta
tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.
d. Melakukan
tindak lanjut (follow up). Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat
dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan,
yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang
relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (2) mengembangkan program, dengan
cara mengubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan
kualitas atau efektivitas program.
6.
Akuntabilitas
Secara
harfiah, konsep akuntabilitas atau accountability berasal dari dua kata,
yaitu account (rekening, laporan atau catatan) dan ability
(kemampuan). Akuntabilitas bisa diartikan sebagai kemampuan menunjukkan laporan
atau catatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas pelayanan terwujud
dalam kejelasan program, proses implementasi, dan hasil-hasil yang dicapai
serta informasi yang dapat menjelaskan apa dan mengapa sesuatu proses dan hasil
terjadi atau tidak terjadi. Hal yang amat penting di dalam akuntabilitas adalah
informasi yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan/atau
kegagalan siswa di dalam mencapai kompetensi. Oleh karena itu seorang konselor
perlu menguasai data dan bertindak atas dasar data yang terkait dengan
perkembangan siswa.
7.
Analisis hasil evaluasi program dan
tindak lanjut
Hasil
evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan
peserta didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam melaksanakan
program, serta dampak program terhadap perubahan perilaku peserta didik dan
pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu proses pembelajaran dan
peningkatan mutu pendidikan.
Hasil
analisis harus ditindaklanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai
kesinambungan program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan
bimbingan dan konseling lebih optimal, melakukan referal bagi siswa yang
memerlukan bantuan khusus dari ahli lain, serta mengembangkan komitmen baru
kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan bimbingan dan konseling
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.
2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Dipublikasikan oleh Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia.
Diltz , Dilani M Perera& Kimberly L Mason: 2010. "Exploration of
Accountability
Practices of School Counselor : A National Study":Journal of Professional Counseling, Practice, Theory, & Research. Austin: 38 Spring .1st ed; pg. 52, 19 pgs.
Accountability
Practices of School Counselor : A National Study":Journal of Professional Counseling, Practice, Theory, & Research. Austin: 38 Spring .1st ed; pg. 52, 19 pgs.
Mulyadi, A.
2003. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Prayitno,
Prof. Dr dan Drs. Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Purwoko,
Budi. 2008. Organisasi dan Managemen Bimbingan Konseling. Surabaya:
Unesa University Press.
Syamsu,
Yusuf Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika Nurihsan. 2009. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: Rosda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar