Senin, 23 Februari 2015

RESUME KELOMPOK 1 - MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI BK DALAM PRAKTEK PENDIDIKAN





A.      Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu maupun kelompok dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat memahami, menerima, mengarahkan, dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Sedangakan konseling merupakan bagian dari bimbingan. Konseling adalah bimbingan yang dilakukan secara langsung (tatap muka) untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli.
B.       Kondisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Di Indonesia isu tentang bimbingan konseling belum terlalu menjadi sorotan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah tidak memiliki paradigma yang tunggal terhadap bimbingan dan konseling. Beberapa paradigma yang berkaitan dengan BK di sekolah, diantaranya:
1.    Sekolah yang sadar betul pentingnya BK untuk membangun karakter siswa
2.    Sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi siswa, tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan atau pemerintah
3.    Sekolah yang masih menerapkan manajemen BK “jadul”.
4.    Sekolah yang belum memiliki manajemen BK
C.      Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanannya. Adapun kajian-kajian psikologi yang perlu dikuasai untuk kepentingan bimbingan dan konseling diantaranya: 1) Motif dan motivasi, 2) Konflik dan frustasi, 3) Sikap, 4) Pembawaan dan lingkungan, 5) Perkembangan individu, 6) Masalah penyesuaian diri dan kesehatan mental, 7) Masalah belajar, 8) Kecerdasan majemuk.
D.      Landasan Sosiologis Bimbingan dan Konseling
Kebutuhan akan bimbingan muncul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun faktor-faktor sosial-budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan dan konseling, diantaranya: 1) Perubahan dalam keluarga, 2) Perkembangan pendidikan, 3) Dunia kerja, 4) Perkembangan kota metropolitan, 5) Perkembangan komunikasi, 6) Seksisme dan rasisme, 7) Kesehatan mental, 8) Perkembangan teknologi, 9) Kondisi miral dan keagamaan, 10) Kondisi sosial ekonomi
E.       Landasan Pedagogis Bimbingan dan Konseling
Sunaryo kartadinata (2011: 23) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah upaya pedagogis untuk memfasilitasi perkembangan individu dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh setiap individu, sehingga bimbingan dan konseling adalah sebuah upaya normatif.
Menurut Tohirin (2007: 103) mengatakan bahwa landasan bimbingan dan konseling sebaiknya berkaitan dengan: 1) pendidikan sebagai upaya untuk pengembangan individu, 2) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan 3) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling
F.       Landasan Agama Bimbingan dan Konseling
Landasan agaman dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan konseli yang merupakan sentral dalam upaya bimbingan dan konseling sebagai makhluk Tuhan dengan segala kemuliannya. Oleh karena itu seorang konselor dituntut memiliki pemahaman tentang hakikat manusia menurut agama dan peran agama dalam kehidupan umat manusia.
Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama, yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama. Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental (rohani) yang sehat.
G.      Landasan Perkembangan IPTEK Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu ilmu yang multidimensional yang menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu lain dan bidang teknologi. Secara keilmuan bimbingan dan konseling merupakan pengetahuan yang telah tersusun rapi dan sistematis. Ilmu bimbingan dan konseling bersifat multireferensional, artinya suatu disiplin ilmu dengan rujukan atau referensi dari ilmu-ilmu lain seperti psikologi, ilmu pendidikan, dan lain-lain. Kontribusi ilmu-ilmu lain terhadap bimbingan dan konseling tidak hanya terbatas pada pembentukan dan pengembangan teori-teori bimbingan dan konseling melainkan
H.      Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling
Pada awal tahun 1960 dibeberapa sekolah telah mulai mengadakan program bimbingan, tetapi hanya terbatas pada bimbingan akademik. Pada tahun 1964, lahirlah Kurikulum SMA Gaya Baru dengan keharusan melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan.tetapi program ini tidak bertahan lama. Akhirnya pada dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan membuka jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya, pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar